Prologue : By the Bonfire
Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan asap rokoknya pelan-pelan. Sebagian wajahnya tertutup kerudung tua. Di dalam kegelapan, hanya sedikit sinar yang menerangi, sangatlah susah melihat rupa orang asing itu.
Dia memperkenalkan diri sebagai peyair, tetapi tidak ada yg mempercayainya. Suaranya serak dan berat - kami penasaran bagaimana cara orang ini berpetualang sendirian.
Namun, ia menawarkan cerita, sebagai ganti makanan dan api yang ada. Kami setuju. Api unggun menghangatkan kami semua malam itu, dengan memegang senjata, kami tetap siaga walaupun mendengarnya bercerita. Malam itu begitu dingin, desiran angin berhembus di gunung, ia memegang pipanya, dan mulai berbicara.
Episode 1 : Genesis
Kisah yang akan kuceritakan ini adalah kisah tentang para dewa. Dengarkan baik-baik karena ini adalah kisah sesungguhnya...
Dahulu kala, hanya ada sebuah dunia, dimana semua ciptaan berada. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengannya. Dunia itu besar dan kecil, dipenuhi gelap dan terang, terisi dengan semua hal dan kehampaan.
Berjuta-juta tahun kemudian, dunia telah berkembang, muncullah 2 kekuatan terbentuk di dalamnya. Kedua kekuatan itu memiliki tingkat kesadaran dan ego, terpisah atas cahaya terang dan kegelapan. Dari cahaya terang, terbentuklah seorang perempuan bernama Einhasad. Lalu, dari kegelapan terbentuklah pria, dan menamakan dirinya Gran Kain. Mereka berdua adalah awal dari seluruh alam semesta, itu yang kita ketahui hingga sekarang.
Einhasad dan Gran Kain menggabungkan kekuatan mereka untuk keluar dari dunia. Karena hal ini, dunia menjadi hancur berkeping-keping. Kepingan dunia ada yang jatuh menjadi 'tanah', ada kepingan lain yang dapat melayang dan menjadi 'langit'. Di antara tanah dan langit, ada kepingan yang menjadi 'air', dan sebagian menjadi 'daratan'.
Jiwa dunia yang bernama Ether juga ikut terpecah karena hancurnya dunia itu. Kepingannya membentuka beragam tumbuhan, hewan serta makhluk hidup. "Makhluk Hidup Awal" terbentuk oleh karenanya, raksasa menjadi yang terbaik. Mereka disebut sebagai makhluk bijak, karena kepandaiannya yang menyamai kekuatan tubuhnya. Para raksasa menyatakan loyal kepada Einhasad dan Gran Kain, karena merekalah para raksasa lahir. Einhasad dan Gran Kain puas, mereka dinyatakan sebagai penguasa seluruh makhluk hidup. Hal ini terjadi sebelum kematian dan surga tercipta.
Einhasad dan Gran Kain melahirkan banyak anak-anak yang menjadi dewa nantinya. 5 anak yang dilahirkan pertama dibekali kekuasaan untuk mengatur dunia. Putri tertua, Shilen, menguasai air. Putra pertamanya Paagrio menguasai api. Putri kedua, Maphr mengatur daratan, putra kedua, Sayha menjadi penguasa angin. Putri terkecil mereka, Eva, menciptakan syair dan musik. Sementara para dewa sibuk mengatur tanggung jawabnya, Eva menyemangati mereka dengan syair dan musiknya. Zaman ini disebut zaman para dewa, tidak ada tempat di dunia ini yang tidak diketahui oleh mereka.
Episode 2 : Creation of Races
Einhasad adalah dewi pencipta, ciptaan dihasilkan dari bagian jiwanya. Anak-anaknya menggunakan kekuatan mereka untuk memberikan hidup kepada ciptaan itu.
Shilen memberikan perlindungan roh air kepada ciptaan pertama ibunya. Ini adalah asal mula dari terciptanya Elf.
Paagrio memberikan roh api untuk ciptaan kedua. Dan lahirlah Orc.
Maphr memasukkan roh dari bumi untuk bentuk ciptaan ketiga. Dwarf terbentuk dari ciptaan ketiga.
Sayha memberikan roh angin untuk ciptaan keempat ibunya. Ciptaan itu disebut sebagai Arteias.
Gran Kain adalah dewa penghancur. Saat ia melihat karya Einhasad, ia menjadi curiga dan cemburu. Ia lalu meniru Einhasad dan membuat ciptaan berdasarkan dirinya sendiri. Lalu ia menemui Shilen, putri tertuanya dan memintanya untuk memberikan perlindung roh air pada karyanya. Shilen terkejut dan berkata "Ayah, kenapa kamu melakukan ini? Einhasad, ibuku yang bertanggung jawab atas penciptaan. Jangan samakan tugasnya dengan tugasmu. Makhluk yang menerima hidup dari dewa penghancur hanya akan membawa bencana saja.
Gran Kain tidak menyerah, setelah berdebat dan membujuk terus menerus, akhirnya Shilen mengiyakan permintaan ayahnya.
Baiklah, tetapi aku sudah memberikan sebagian roh air kepada Ibu. Jadi yang dapat aku berikan padamu hanyalah sisanya. Shilen memberikan roh air tergenang dan busuk kepadanya. Gran Kain menerimanya dengan senang hati.
Tetapi, Gran Kain tidak merasa puas. Dia pergi menemui Paagrio, putra tertuanya. Paagrio juga memperingatkan ayahnya. Tetapi ia tidak dapat menolak permintaan ayahnya. Jadi ia berikan roh api yang sudah hampir padam pada Gran Kain.
Maphr menangis dan memohon untuk tidak memberikan roh bumi, tetapi Gran Kain bersikeras. Diberikannya roh bumi yang telah terkontaminasi untuk ayahnya. Sayha, memberikan roh angin yang liar dan ganas.
Gran Kain mengambil semuanya, dengan puas ia berteriak "Lihat makhluk yang akan aku ciptakan! Lihatlah mereka yang terlahirkan oleh roh air, api, bumi dan angin. Mereka akan lebih kuat daripada raksasa, mereka akan menguasai dunia ini!
Gran Kain berteriak dengan penuh kebanggaan ke seluruh dunia dan memberikan roh gabungan itu kepada makhluk ciptaannya. Tetapi, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Makhluk itu begitu lemah, bodoh, licik dan pengecut. Semua dewa memandang rendah makhluk ciptaan Gran Kain. Dipenuhi rasa malu, Gran Kain meninggalkan makhluk itu dan bersembunyi untuk sementara waktu. Makhluk itu disebut sebagai manusia.
Bangsa Elf adalah bangsa yang bijak dan pintar, mereka mempelajari ilmu magis. Mereka tidaklah sebijak para raksasa. Meskipun demikian, para raksasa menjadikan Elf sebagai ahli politik dan ahli magis dalam melayani mereka.
Bangsa Orc sangatlah kuat. Mereka memiliki kekuatan yang tak pernah padam dan keinginan yang kuat. Meskipun mereka tidak sekuat para raksasa. Tetapi, mereka membantu raksasa dalam hal pertempuran.
Bangsa Dwarf sangatlah terampil. Mereka adalah ahli mesin yang handal, dibekali dengan keahlian matematis, mereka juga menonjol bila membuat ataupun menciptakan sesuatu. Para raksasa mengijinkan mereka untuk menjadi banker dan menjadi penemu.
Bangsa Arteias menyukai kebebasan dan memiliki rasa ingin tahu yang amat tinggi. Para raksasa ingin menangkap dan memasukannya ke dalam sangkar. Sayang, bangsa Arteias bila dimasukkan ke dalam sangkar akan segera kehilangan kekuatannya dan mati. Jadi para raksasa tetap membiarkan mereka terbang. Mereka biasanya mengunjungi para raksasa untuk membawa berita.
Manusia tidak dapat melakukan apapun dengan benar, mereka adalah budak para raksasa, melakukan semua pekerjaan yang melelahkan. Hidup mereka tidaklah lebih baik dari para binatang.
Episode 3 : War of the Gods
Gran Kain adalah dewa yang mencintai kebebasan. Tetapi ia membuat kesalahan fatal, menggoda Shilen, putri tertuanya. Mereka melakukan hal tabu, di belakang Einhasad, sehingga Shilen hamil. Pada saat Einhasad tahu putrinya hamil, ia murka. Einhasad mencabut kekuasaannya sebagai dewi air, dan diusir dari rumahnya. Gran Kain tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, dia berpura-pura tidak tahu. Tinggallah Shilen sendirian.
Di saat-saat kelahirannya, Shilen melarikan diri ke arah timur. Di tengah-tengah hutan yang gelap, ia melahirkan anaknya -- ia mengutuk Einhasad dan Gran Kain atas penderitaan yang dialaminya.
Bayi yang dilahirkan oleh Shilen berasal dari amarah dan murka atas orang tuanya. Bayi itu menjadi iblis. Bayi-bayi itu adalah salah satu makhluk terkuat, disebut sebagai para 'naga'.
Ada 6 naga yang lahir dengan amarah terhadap 6 dewa. Shilen dipenuhi amarah atas Einhasad yang mengusirnya dan Gran Kain yang telah menggoda dan mencampakannya. Ia menyusun kekuatan bersama anak-anaknya untuk melawan para dewa.
Para naga terkuat berada di garis terdepan pasukan Shilen. Aulakiria, sang naga cahaya, menatap dalam-dalam Shilen dan berkata dengan penuh kesedihan.
Ibu, kamu tidak tahu apa akibatnya. Apakah kamu ingin menghancurkan para dewa untuk selamanya? Apakah kamu ingin ayah, ibu dan saudaramu bersimbah darah dalam peperangan ini?
Shilen tidak bergeming mendengarnya.
Akhirnya, pasukan Shilen menyerbu istana dewa. Pecahlah pertempuran dahsyat itu. 6 naga menghancurkan istana itu. Para dewa terkejut melihatan kekuatan dahsyat para naga. Peperangan itu sepertinya akan berlangsung amat lama. Tetapi jika peperangan ini tidak berhenti, dunia akan perlahan menghilang, dan semua makhluk hidup akan musnah.
Begitu banyak pasukan para dewa dan iblis yang terbunuh dan punah. Petir dan kilat bersahutan setiap harinya, mengiringi peperangan di atas langit. Para raksasa dan makhluk lainnya hanya bisa terdiam menyaksikan peperangan di atas langit yang mengerikan itu.
Peperangan ini berlangsung bertahun-tahun, dan perlahan-lahan mulai terlihat sisi mana yang akan memenangkannya. Meskipun terluka, Einhasad dan Gran Kain, memiliki kekuatan yang lebih dahsyat dan telah menghancurkan begitu banyak pasukan iblis Shilen..
Para naga tetap bertempur, meskipun mereka terluka parah. Kelelahan makin tersirat dalam diri mereka. Peperangan sepertinya akan berakhir dengan musnahnya pasukan iblis Shilen. Akhirnya, naga-naga itu melarikan diri dengan terbang ke bumi. Begitu pula dengan sebagian iblis yang masih bertahan hidup. Meskipun para dewa ingin menghancurkan mereka, tetapi luka-luka mereka tidak mengijinkannya. Mereka hanya dapat melihat para iblis dan naga itu melarikan diri.
Shilen tidak dapat menahan kesedihannya lagi menyaksikan anak-anaknya tercerai berai serta melihat kekalahan perang yang dideritanya. Dia pergi dan menemukan Underworld. Ia berkuasa atasnya.
Episode 4 : The Great Flood
Setelah Shilen pergi, Eva diberikan kekuasaan atas air. Tetapi Eva masih memiliki rasa takut akan hal itu, mengingat perbuatan kakaknya yang mengakibatkan peperangan atas para dewa dan iblis. Ia menghindari tanggung jawabnya, ia membuat lubang persembunyian di dasar danau dan bersembunyi di dalamnya.
Tanpa adanya dewa yang berkuasa atas mereka, roh air menjadi tidak terkontrol. Air mengalir terlalu banyak ke suatu titik dan menjadi rawa-rawa yang besar. Padang pasir terbentuk, karena tidak adanya air yang mengaliri mereka. Terkadang, sebagian dari daratan menghilang ditelan samudra, atau bahkan ada pulau muncul dari dalam laut tanpa sebab yang jelas. Hujan turun di suatu daerah pagi dan malam, yang mengakibatkan tempat yang terlihat hanyalah puncak gunung tertinggi, semuanya tenggelam.
Makhluk hidup dan para raksasa mengalami penderitaan berlanjut, karena tidak ada tempat di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Para raksasa mewakili mereka untuk mengajukan permohonan atas para dewa..
Einhasad dan Gran Kain mencari Eva di seluruh tempat, akhirnya mereka menemukan tempat persembunyian Eva.
Eva, lihat apa yang terjadi karena kamu lari dari tanggung jawab. Kamu menghancurkan harmoni daratan ini yang telah kita ciptakan dengan segenap kemampuan. Aku tidak akan memberikan toleransi lagi jika kamu mengabaikan tugasmu lagi. Einhasad terlihat amat marah, matanya berkilau seperti cahaya api.
Karena banjir besar ini, tidak terhitung banyaknya raksasa dan makhluk hidup lainnya yang pergi ke dunia Shilen. Hal ini membuat Einhasad iri kepada Shilen. Dengan gemetar, Eva menyetujui peritnah orang tuanya. Setelah itu, bencana banjir surut dengan cepat. Tetapi, daratan yang telah hancur, tidaklah dapat dipulihkan dalam sekejap.
Episode 5 : Challenge of the Giants
Dalam hati para raksasa mulai tertanam bibit keraguan. Manusia adalah bukti kebodohan Gran Kain, Underworld da para iblis tercipta karena tindakan cabul Gran Kain serta kecemburuan Einhasad. Karena Eva, daratan hancur dan tidak teratur. Para raksasa mulai ragu, apakah para dewa layak untuk dipuja oleh mereka.
Para raksasa dapat membuat kereta kuda dengan tangannya dan keluar masuk dengan mudah ke istana para dewa. Mereka dapat mengangkat pulau dan hidup di atas langit seperti para dewa juga. Mereka dapat memperpanjang hidupnya, hingga dapat disebut sebagai 'hidup selamanya'. Merasa kekuatannya setara dengan para dewa, kesombongan mereka mulai melampaui batas.
Mereka berencana untuk menjadi dewa.
Mereka mulai bereksperimen dengan memodifikasi organ makhluk hidup untuk membuat kehidupan baru. Mereka menyebutnya sebagai 'ilmu sains'.
Para raksasa mulai mengumpulkan pasukan yang kuat untuk melawan para dewa, mengulangi kembali perbuatan Shilen dan 6 naganya.
Para dewa murka melihat persiapan itu. Einhasad sampai tak mampu mengucapkan sepatah kata pun karena amarahnya. Ia bersumpah akan menghancurkan semua raksasa bersama daratan tempat tinggalnya. Gran Kain menasehatinya untuk tetap tenang.
Kamu adalah Dewa Pencipta, ia berkata kepada Einahasad, Penhancuran adalah tugasku.
Aku akan menghukum para raksasa itu karena kesombongan mereka. Tetapi jika kamu ingin menhancurkan dunianya, aku akan menentangmu dengan semua yang kumiliki. Gran Kain tidak menginginkan adanya penghancuran terhadap dunia ini bagaimanapun juga. Einhasad tidak merasa puas dengan jawaban Gran Kain, tetapi karena status mereka sama, ia tidak dapat menghentikannya.
Einhasad mengajukan tawaran, ia meminjam palu Gran Kain - disebut Hammer of Despair, untuk menghukum para raksasa. Karena kekuatannya yang amat dahsyat, Gran Kain tidak pernah memakai palu itu. Dengan penuh amarah, Einhasad mengangkat tinggi-tinggi palu itu dan menghujamkannya ke tengah kota para raksasa.
Episode 6 : The End of Ages
Lidah api yang menyala hebat mengoyak langit segera menyadarkan para raksasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan fatal. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengalihkan kekuatan kemarahan Einhasad yang dikirimkan melalui Hammer of Despair. Tetapi mereka tidak mampu berbuat banyak, meskipun arahnya berubah sedikit, tetapi kekuatan itu tetap menghujam kota mereka.
Kekuatan itu cukup untuk menghancurkan kota terbesar di dunia; tidak terhitung raksasa dan makhluk lainnya yang langsung tewas karenanya. Lubang besar terlihat begitu jelasnya di daratan. Hampir seluruh raksasa itu musnah dalam sekejap.
Para raksasa yang berhasil menyelamatkan diri segera pergi ke timur untuk menghindari kemarahan Einhasad. Rute yang diambil serupa dengan rute Shilen. Einhasad memburu mereka dan membunuh para raksasa itu satu persatu dengan kilatan petirnya. Raksasa yang tersisa berdoa kepada Gran Kain dengan gemetar.
Gran Kain, Gran Kain! Kami telah menyadari kesalahan kami. Jangan musnahkan kami, kami lahir dari tempat yang sama denganmu, kami adalah makhluk paling bijak dan kuat di daratan ini!
Gran Kain merasa iba akan para raksasa itu dan merasa mereka sudah mendapatkan ganjarannya. Ia menggunakan air dari samudra selatan untuk menghalangi jalan Einhasad.
Einhasad berteriak dengan penuh amarah, 'Apa ini?! Siapa yang berani menghalangiku?! Eva, putri tercintaku, singkirkan air ini sekarang juga, atau kamu akan mengalami nasib yang sama dengan kakak tertuamu!
Eva ketakutan, ia segera menyingkirkan air itu. Einhasad melanjutkan pengejaran itu dan membunuh para raksasa. Mereka berteriak lagi kepada Gran Kain.
Gran Kain! Yang terkuat dari para dewa! Einhasad terus mengejar kami, ia ingin memusnahkan kami! Tolong ampuni dan selamatkanlah kami!
Gran Kain mengangkat dataran dimana para raksasa itu berpijak. Tebing curam itu menghalangi Einhasad. Kembali Einhasad berteriak lantang.
Maphr, putriku! Siapa yang menggangguku?! Singkirkan ini, atau kamu akan mengalami nasib yang sama dengan kakakmu!
Dengan ketakutan, Maphr berusaha untuk menurunkan daratan itu, tetapi Gran Kain menghentikannya.
Einhasad, kenapa kamu tidak berhenti? Seluruh daratan tahu akan kemarahanmu dan gemetar karena murkamu. Para raksasa yang bijak namun bodoh ini juga mengetahui kesalahannya. Lihatlah sendiri, para raksasa yang dulunya adalah penguasa dunia ini, sekarang bersembunyi di celah sempit, gemetar dalam ketakutan yang amat sangat. Mereka tidak akan mampu menentang para dewa. Tempat ini akan menjadi penjara abadi bagi mereka. Tenangkan dirimu, pembalasan sudah selesai.
Einhasad tetap murka, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa karena Gran Kain memiliki kekuatan yang sama dengannya. Ia menyetujui saran Gran Kain, untuk membiarkan para raksasa yang tersisa di celah sempit selamanya, meratapi dosa mereka, daripada membunuhnya. Ia menghentikan perburuan itu.
Einhasad merasa kecewa akan dunia ini, karena itu ia tidak pernah mencampuri urusan dunia kembali. Begitu pula dengan Gran Kain. Zaman para dewa telah berakhir.
Episode 7 : A Return to the Campfire
Pengembara itu menghentikan ceritanya .
Terpesona kisah itu, kami tidak beranjak sedikitpun ketika mendengarkan sejarah dunia ini. Suaranya lembut, seolah hanyut dalam pikiran kami, seperti hal magis. Kisah itu berbeda dengan kisah yang biasa kami dengar. Kami, para prajurit yang telah terbiasa dengan peperangan, begitu terbawa kisah dari seorang biasa, membuat ketegangan begitu nyata. Bahkan kami terkejut karena seekor burung hantu mengepakkan sayapnya dan terbang.
Pengembara itu terkekeh, dihirupnya kembali pipa dalam mulutnya dan melanjutkan cerita kembali.
Jangan abaikan kisah ini karena berbeda dengan kisah yang biasa kalian dengar. Tidak ada hal yang mengatakan bahwa pendetamu lebih benar daripada seorang pengembara. Sejarah para dewa ini adalah keinginan dewa, bukan manusia. Bagaimana caranya pendeta biasa dapat mengerti kisah ini? Dengarkanlah, ini adalah kisah dunia setelah menghilangnya para dewa. Ini adalah sejarah duniamu.
Episode 8 : The Aftermath
Dunia jatuh ke dalam kekacauan karena lenyapnya para raksasa. Setelah terbiasa oleh kebiasaan para raksasa, para Elf, Orc, Dwarf dan manusia dihadapkan pada kenyataan baru, mereka harus bertahan hidup sendiri. Ketakutan muncul karena perubahan ini. Banyak dari mereka yang meninggal karena amarah Einhasad, banyak juga yang meninggal dalam kebingungan dan kekacauan. Mereka berharap banyak pada para dewa untuk keselamatannya, tetapi para dewa tidak menjawab permohonan itu.
Para Elf mencoba mengontrol keadaan, karena mereka bertanggung jawab atas politik di pemerintahan para raksasa. Di masa itu, mereka sukses mempersatukan ras-ras yang ada. Tetapi saat ini, terlihatlah para Elf tidak memiliki kemampuan yang sama seperti para raksasa. Para Orc menjadi yang pertama menentang mereka.
Para Elf tidaklah lebih kuat dari kita! Mereka tidak berhak memerintah kita! Kita tidak akan membiarkan yang lebih lemah untuk memerintah kita!
Kekuatan militer para Orc memang kuat, para Elf yang terbiasa hidup dalam damai bukanlah tandingan untuk para Orc yang tak kenal rasa takut. Para Elf terpojok oleh kekuatan mereka, wilayah-wilayah jatuh ke tangan Orc. Para Elf mencari bantuan dari para Dwarf, yang terkenal akan kekayaan dan persenjataan kuatnya.
Ras dari daratan ini, para Elf itu berteriak, Bersatulah dengan kami. Para Orc telah memperlakukan kami dengan sewenang-wenang. Marilah kita lawan mereka bersama-sama.
Tetapi para Dwarf menolak mereka dengan dingin. Menurut mereka, dunia telah beralih untuk Orc. Tidak ada alasan tepat untuk berpihak pada yang lemah. Kaum Elf marah, tetapi mereka tidak dapat berbuat lebih jauh lagi.
Mereka lalu memutuskan untuk mencari bantuan dari kuasa angin, kaum Arteias. Kemampuan terbang mereka dan serangan dari udara akan membantu mereka memenangkan pertempuran dari Orc. Seorang utusan Elf pergi ke ujung dunia ini untuk meminta bantuan dari Arteias.
Penguasa angin, bergabunglah dengan kami! Kaum barbar telah menyerang daratan ini dengan kekuatan mereka. Mari bersatu dan kita hancurkan kebodohan!
Tetapi, seperti biasanya, Arteias tidak tertarik dengan politik dan peperangan di bumi. Mereka memilih untuk bersikap netral dan berada jauh dari daratan. Para Elf dilanda keputus-asaan.
Sial, tidak ada yang membantu kita! Apakah ini akhir dari para Elf? Apakah para Orc yang kejam dan culas itu akan mengambil setiap jengkal dari daratan ini menjadi milik mereka?
Episode 9 : A New Alliance
Ditolak mentah-mentah oleh Dwarf dan Arteias, para Elf tidak memiliki aliansi untuk melawan Orc. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seorang asing diantara mereka. Orang asing itu berlutut di depan pimpinan Elf. Ia terkejut, menyadari orang asing itu adalah utusan dari kaum Human, atau yang biasa disebut manusia. Orang asing itu mengenakan mahkota dari ranting pepohonan.
"Apa maksud kamu, pimpinan manusia, kaum yang rendah?" pimpinan Elf itu bertanya. "Apakah kamu memperolok keadaan genting ini?"
Ia menundukkan kepalanya dan berkata, "Tidak, raja yang bijak. Kami datang untuk menawarkan pasukan kami, meskipun lemah, mungkin bisa memberikan sedikit bantuan."
Para Elf bersuka cita, meskipun manusia bodoh dan lemah, tetapi jumlah mereka yang banyak dapat membantu peperangan ini.
"Tindakan yang terpuji, wahai manusia," pimpinan Elf menyetujuinya. "Meskipun kaum kalian tidak terhormat, tetapi kami menghargai kesetiaan dan kerelaan untuk berkorban kalian. Persiapkan diri kalian, dan menangkan pertempuran ini, maka kalian akan dapat bersanding dengan kaum Elf."
Pimpinan manusia membungkuk, lalu ia menengadah dan berkata kepada pimpinan Elf. "Raja para Elf yang terhormat,", ia melanjutkan kata-katanya, "Kami, para manusia ingin meminta suatu hal. Kekuatan kami terlalu lemah, bahkan gigi kami tidak dapat menggores kulit para Orc. Tangan kami bukanlah lawan otot para Orc. Kami mohon, ajarilah kami kekuatan untuk melawan mereka dengan ilmu magis yang kalian miliki."
Permintaan ini membuat para Elf terkejut dan marah. Mengajari magis kepada manusia? Tak akan pernah! Mereka segera merapal ilmu magisnya, bersiap untuk memusnahkan utusan manusia. Tetapi Veora, salah satu pimpinan Elf mencegahnya. Ia merasa permintaan itu bukanlah suatu ancaman. Manusia terlalu lemah, mereka tak akan bisa mengalahkan Orc tanpa bantuan Elf. Dan kemampuan berpikir mereka bukanlah ancaman bagi para Elf, sekalipun mereka mempelajari ilmu magis. Veora menjamin hal ini dengan nyawanya sendiri.
Manusia dengan cepat mempelajari ilmu magis itu, belajar lebih cepat dari perkiraan para Elf. Meskipun tubuh manusia tidak sekuat Orc, tetapi mereka terbiasa dengan pekerjaan fisik. Mereka terampil menggunakan tangannya, bahkan mereka mampu menggunakan senjata dengan semestinya. Jumlah mereka juga banyak. Singkat waktu, pasukan manusia menjelma menjadi pasukan yang dahsyat.
Episode 10 : An Ally Turns Foe
Aliansi manusia-Elf perlahan mampu mengatasi Orc. Seiring dengan kemenangan dari pihak aliansi, Dwarf memutuskan untuk membantu aliansi manusia-Elf, serta membuat senjata untuk mereka. Dengan baju pelindung dan senjata yang kuat, manusia dapat mengalahkan pasukan Orc tanpa bantuan pasukan Elf.
Para Elf merasa tidak nyaman, meskipun kemenangan aliansi terus bertambah. Mereka dapat merasakan manusia semakin kuat. Tetapi para Elf tidak dapat berlarut-larut memikirkan hal ini, mereka tidak dapat menerima bahwa ras yang paling diremehkan - manusia - dapat memberikan revolusi seperti ini. Dengan kemenangan yang sudah di depan mata, para Elf berusaha menyingkirkan kekhawatiran itu, meskipun manusia mempelajari bentuk baru dalam ilmu magis terus menerus. Akhirnya, kemenangan pun mereka raih. Kaum Orc dipaksa untuk menandatangani persetujuan, mereka diharuskan kembali ke wilayah mereka, sebelah utara Elmore.
Pimpinan Orc tertawa saat ia pergi, "Elf bodoh, kemenangan bukanlah milik kalian, tetapi milik manusia kotor itu. Bagaimana cara kalian menangani monster buatan kalian sendiri?"
Pertanyaan itu ditelan pahit oleh para Elf, mereka menghadapi ancaman baru - manusia. Setelah pertempuran yang panjang, saat ini para Elf masih letih. Sebaliknya, manusia, dengan dibekali ilmu barunya, ilmu magis, menjadi kuat. Para manusia mulai berbalik melawan para Elf.
Terlambat, sekali lagi peperangan dahsyat, ilmu magis melawan ilmu magis, kembali menggoncang daratan ini. Tetapi Elf dengan mudah dipojokkan oleh pasukan manusia yang melimpah. Para Elf dipaksa mundur hingga hutan tempat mereka tinggal. Dengan bermodalkan tempat tinggal ini, mereka bersiap menghadapi pertempuran akhir melawan manusia. Ilmu magis Elf menjadi kuat jika mereka berada di hutan ini, dan mereka menggunakannya sebagai salah satu keuntungan yang mereka miliki.
Medan pertempuran itu segera dipenuhi oleh teriakan, bunyi pedang selama 3 bulan. Tetapi akhirnya, manusia muncul sebagai pemenang. Kehormatan Elf, ilmu magis yang mereka miliki, ataupun hutan tempat tinggal mereka tidak mampu menandingi aliran serangan para manusia yang tak pernah berhenti. Bangsa Elf mengalami kekalahan besar, mereka melarikan diri jauh ke dalam hutan. Kemudian mereka memblok hutan itu dengan kekuatan magis yang mereka miliki, sehingga tidak dapat dimasuki oleh siapapun.
Demikian akhirnya, manusia menjadi penguasa seluruh daratan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar